Matahari,
matahari itu tak menampakkan senyumannya pada Ghisa yang pingsan dibawah tanah
longsor dan batu yang besar, Ghisa sangatlah beruntung, Sebongkah batu yang
sangat besar menutupinya hingga tanah tak menguburnya, hanya menutupi bagian
yang tak ada batunya. Ghisa membuka matanya.
“Sepi,
Gelap”
“Bundaaaaaaa
Ghisa dimana ? mengapa Ghisa tak dibangunkan lagi? Tak ada yang menjawab.”
Lirih Ghisa, meskipun ia merasa telah berteriak namun kenyataannya hanya
lirihan yang keluar dari mulutnya.
“Aaaw” saat ghisa berusaha
mengangkat tangannya yang tak bisa bergerak.
“astaghfirullah, astaghfirullah ini
dimana? Ini bukan dirumah, Astaghfirullah, astaghfirullahal ‘adziim, Ya Allah,
Ghisa dimana? Ya Allah ini dimana? Ya Allah aku tahu sekarang Ghisa sendirian,
Ghisa takut Ya Allah, Ghisa takut, tapi Ghisa tahu Ya Allah hanya Engkaulah sebaik
– baik pelindung. Astaghfirullah, Ghisa lupa bilang sama bunda dan ayah Ghisa,
Ghisa lupa minta izin, Ya Allah inilah hukumannya?”
“Ya Allah, Ghisa ingat cerita Bunda tentang 3 pemuda yang dapat menggeser batu, karena amal baiknya. Ya Allah, amal baikku apa? Aku tak punya amal baik, hari ini aku telah lupa meminta izin pada orang tuaku, astaghfirullah, ampun Ya Allah.”
“Ya Allah, amal baikku apa? Shalatku
sering lalai, aku lebih senang mengerjakan amal duniawi ketimbang mengikuti
panggilanmu, Ya Allah ampuni aku ya Allah.”
“Ya Allah amal baikku apa? Amalanku
lebih banyak karena pandangan manusia, aku lebih sering berharap pada pujaan
manusia dibandingkan ridhoMu, Astaghfirullah. Ampun Ya Allah”
“Ya Allah amal baikku apa? Aku lebih
sering mengecewakan kedua orang tuaku dibandingkan membahagiakan mereka.
Astaghfirullah. Ampun Ya Allah”
“Ya Allah aku tak punya amal baik ya
Allah, aku takut sekali, aku takut sekali, ampuni aku Ya Allah, ampuni aku,
pertemukan kembali aku dengan orang tuaku, aku ingin meminta maaf pada mereka.
Ya Allah jika Engkau ridho akan permohonan maafku dan pertemuanku dengan orang
tuaku kembali, selamatkan aku dari sini Ya Allah, sungguh Engkaulah sebaik-baik
pemberi pertolongan.” Ghisa hanya menangis dan berdoa.
“Assalamu’alaikum Ghisa”
“Assalamu’alaikum Ghisa”
“Wa wa’alaikum salam, Ada apa? Disini
putih semua .....disini putih dan lama lama....”
Semuanya menjadi gelap gulita. Hanya
kuasa Allah yang dapat mempertemukan kembali Ghisa dengan kedua orang tuanya.
Astaghfirullah,
ampuni aku ya Allah, ampuni aku ya Allah, astaghfirullah, ampuni aku ya Allah.
“Assalamu’alaikum, Ghisa sayang..”
“Waalaikum salam, Bun da?”
“Iya ini bunda sayang. Ghisa tenang
aja, Allah sudah mengabulkan doa Ghisa.”
“Bundaaaa, ayaaaah? Maafin Ghisa,
Ghisa lupa memohon izin saat berangkat, Ghisa menjadi anak yang tidak baik
untuk ayah dan bunda..”ghisa terus menangis dan mencoba mengangkat tangan dan
kakinya “Loh kok tangan sama kaki Ghisa gak bisa gerak ? Bunda Ghisa kenapa?”
“Ya Ghisa gak kenapa napa sayang,
Ghisa lagi di beri perhatian lebih sama Allah, sabar ya sayang, insyaAllah
nanti cepet sembuh kok, Ghisanya nurut sama dokter dan suster ya.:)”
“Bunda ini jam berapa? Ghisa belum
shalat?”
“Ghisa mau shalat Isya? Boleh
sayang.”
“Bagaimana dokter keadaanya?”
“Ia tidak apa-apa, hanya saja tangan
dan kaki kirinya terkilir. Sekarang ia tak sadar karena fisiknya yang sangat
lemah akibat kehabisan oksigen”
“Tolong bantu teman saya ya dokter.”
“Iya akan kami usahakan. Ada
keluarga pasien?”
“Saya, saya keluarga pasien
bagaimana keadaanya?”
“Ia sedang tak sadar, ini ada
administrasi yang harus diselesaikan pak.”
“Baiklah, berikan perawatan terbaik
untuknya, masalah biaya biar saya yang selesaikan”
selanjutnya -->
“Siap, InsyaAllah.”
No comments:
Post a Comment