Friday, November 8, 2013

Untitled #1

Pagi ini cerah sekali, matahari tersenyum pada daun-daun yang membentangkan tubuhnya seakan – akan menyambut senyum matahari, dan burung yang besahutan seolah – olah bersorak sorai dengan pagi yang cerah ini.
            Itulah suasana pagi hari di halaman rumah ghisa, berbeda dengan halamannya matahari belum memberikan senyumannya sama sekali pada kamarnya, bukan, bukan karena matahari tak mau tersenyum, namun, sang pemilik kamar yang belum menyambut senyum matahari dengan membuka gorden jendela kamarnya.
             Hoaaaaaaaaamm... Astaghfirullah jam berapa ini? Jam setengah 6? Apa? Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bundaaaaaaaa kenapa gak bangunin aku... teriak ghisa dari kamarnya, tanpa jawaban apapun. Aku belum sholat.
Ghisa langsung mengambil air wudhu dan langsung shalat subuh. Tadi malam ia begadang hingga pukul 3 subuh untuk mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan esok hari, karena ia tahu tak akan bisa mengerjakan esok hari sehingga ia mengerjakannya tadi malam.
            Setelah menyelesaikan aktivitas paginya, ia membuka hape dan ternyata ada missed call dari bunda 4 kali dan 6 sms, 1 dari bunda membangunkan karena bunda sedang pergi bersama ayah ke rumah saudara yang baru melahirkan dan sisanya dari teman-temannya salah satunya dari fianka.
            “Ghis, dimana? Kita tunggu sampe jam 7, klo gak kita caw --fianka”
            Astaghfirullah, aku lupa hari ini kan survey.
Ghisa dengan terburu – buru bersiap-siap pergi ke kampus.


            Di kampus
            “Oke ghisa, kau telat 30 menit, hukumannya bending 15 kali.” Perintah Rino sang komisi disiplin(komdis).
            “Siap!” jawab ghisa.
            “fiuh, maaf telat kang” ucap tama sambil berlari dan menghela napas terengah –engah
            Loh, tama kenapa telat, tak seperti biasanya, ya aku tahu rumahnya jauh tapi ini kali pertama ia terlambat, biasanya ia selalu tepat waktu dan bahkan hadir maksimal 30 menit sebelumnya. Bahkan, ketika teman teman yang lain bertanya kenapa ia tak pernah telat ia menjawab “Terlambat itu antara mau dan tidak mau, kalo kita tak mau terlambat pastikan kita mau tepat waktu”. Mungkinkah ia sedang mau terlambat? Aneh sekali.
            “Ya kau Tama, telat 31menit, hukumnannya push up 16 kali.” Perintah Rino sang komdis.
            Rino sang komdis yang paling killer itu adalah wakil presiden himpunan ia adalah eksekutor kesalahan – kesalahan pengurus himpunan.
            “Kalian adalah kaka yang akan mengkaderisasi adik – adik, tapi kalian sendiri terlambat, sungguh mengecewakan!”
            Ini hari yang menyedihkan bagiku, astaghfirullah.. lirih Ghisa.
            Hari ini Ghisa, Fianka, Rino, Tama, Rama, Chika, Nando, Afiya dan sebagian teman himpunan lainnya akan menyurvey lokasi untuk kaderisasi Latihan Kepemimpinan Mahasiswa di Desa Asih, Jawa Barat. Mereka pergi menggunakan mobil Nando dan sebagian lagi menggunakan motor. Ghisa, Fianka, Chika, Afiya, Nando dan Tama pergi dengan mobil Nando. Di perjalanan mereka mengobrol dengan asyiknya.
            “Tama, kenapa kamu telat? Itu kan hal yang tak pernah terjadi sebelumnya.” Tanya Afiya yang sama sama penasaran seperti Ghisa.
            “Aku telat.” Jawab Tama.
            Tama memang laki – laki yang tidak banyak bicara, namun tetap menjaga keramahannya.
            “Wah kenapa kamu mau telat?” balas Afiya lagi.
            “ Karena tadi ibu mendadak batuk berdarah, aku berjanji merawat ibu hingga akhirnya ibu yang memaksaku pergi. Aku harap sekarang ibu sudah baikan.”
            “Innalillahi” ucap semua yang berada di mobil.
            “Semoga ibumu cepat sembuh ya Tama”, ucap Afiya memberikan semangat.
            Ibu... Oh ya, bunda, aku belum bilang pergi sama bunda, nanti sajalah saat sudah sampai. Ucap ghisa dalam hati.
Diperjalanan mereka mengobrolkan segala hal, namun berbeda dengan Tama yang dari tadi menenangkan hatinya dengan membaca Al-Qur’an. Bukan hanya Tama yang murung, namun, Fianka yang dari tadi diam saja juga nando yang semenjak Tama bercerita tentang ibunya ia menjadi sangat pendiam tidak seperti biasanya. Mereka hanya bercerita – cerita dan terkadang ada tawa yang hampa, seakan akan tawa tanpa hati.
Setelah sekitar 4 jam perjalanan, tiba disana, mereka disuguhi pemandangan yang luar biasa indahnya oleh Sang Pencipta Allah swt. Di tempat Ghisa berdiri melihat kedepan adalah pemandangan kebun teh yang sangat indah tepat dibelakang Ghisa terdapat gunung yang berwarna coklat akibat gunung itu gundul tanpa pohon. Namun, teksturnya begitu indah dan di belakang gunung terlihat ada laut yang terbentang luas. Ghisa, afiya dan yang lainnya teriak teriak, ayo kita foto! Mereka yang disebut gito (gila foto) jelas langsung saja berfoto ria.
Sementara itu Nando berteriak teriak seakan – akan semua beban ingin ia keluarkan.
“mamiiih papiiiiih makasih udah ngebesarin Nando.”
“Mamiiiih Papiiihh kenapa ninggalin Nando secepat ini, Nando juga ingin bareng sama Mamih Papih” Nando berteriak terus menerus mengeluarkan semua beban hingga air matanya mengalir.
Lalu Tama yang dari tadi ada di belakangnya menenangkannya dan menuntunnya untuk membaca Ayat Al-Qur’an, innalillahi wa inna ilaihi rojiun, sabar ya Nando, semuanya pasti akan kembali pada Rabb Sang Pencipta, semoga Nando dapat dikuatkan dan jangan lupa selalu doakan mereka agar menjadi makhluk yang dicintai olehNya.
“Terima kasih Tam, enaknya kamu masih bisa berbakti pada mereka sedangkan aku, saat mereka ada aku hanya menyusahkan mereka.” Ucap Nando lirih.
Rino yang sejak tadi membiarkan teman – temannya untuk menikmati alam, memanggil mereka dan membariskan mereka.
“Teman – teman, alhamdulillah kita sudah sampai dengan selamat, ingat saat ini kita berada di alam bebas sehingga hati – hati, jangan ngelamun, usahakan bersama terus dengan yang lainnya. Kita akan menyusuri gunung itu (sambil menunjuk ke gunung yang sebagiannya sudah gundul.) Hati hati ya kawan tetap semangat, ayo kita teriakkan semangat kita, Hidup Mahasiswa!”
“Hidup Mahasiswa!!” sahut yang lainnya.
            Mereka berjalan menyusuri hutan gunung, yang diatasnya gundul, sambil melihat-lihat apa saja yang diperlukan saat acara, dimana tempat yang cocok untuk pos-posan dan lain halnya yang tentu saja sudah dibagi sesuai dengan tugasnya masing-masing.
            Tiba tepat di bawah hutan yang gundul, tiba tiba bumi bergetar dengan kencang, “Allahu Akbar” ada yang berteriak, dan berlarian “gempa – gempa” getaran itu terhenti dan tiba – tiba terjadi gempa yang lebih kencang. Hingga “Aaaaaaa” salah seorang dari mereka ada yang terjatuh. “Ghisaaaaaaaaaaaa”, “Teman teman, Ghisa jatuh” teriak fianka panik. Namun guncangan terus menerus, “Longsoooooor awas longsor!!” mereka berlarian menghindari longsor. Mereka berlarian menyelamatkan diri ke tempat yang aman dari longsor. Hingga sampailah mereka di salah satu halaman penduduk yang cukup luas bersama dengan penduduk lainnya. Rino yang sangat bertanggung jawab segera memeriksa siapa saja yang ada disana. Setelah di absen ternyata Tama dan Ghisa tak ada.
“Tama dan Ghisa kemana?” tanyanya.
“Ta tadi, Ghisa jatuh Tama tak tahu dimana” jawab fianka sambil menahan tangis.
“Nando, gimana sudah dihubungi petugas evakuasi?” Tanya Rino
“Ya, sedang dicari kita tidak diperbolehkan membantu karena sangat berbahaya, belum lagi jika ada gempa susulan, kecuali, kita punya perlengkapan yang memadai” Jawab Nando.

Semua mahasiswi menangis, mereka bingung kehilangan saudara mereka, mungkinkah ini yang membuat fianka terdiam saja, mungkinkah ia sudah merasakan firasat yang aneh. selanjutnya -->

No comments:

Post a Comment

Pejuang Garis Dua PCOS FIGHTER Tahun ke-5 part 2 Diet untuk PCOS

  Cerita HSG dan test hormonku. Saat akan HSG dan test hormon ini, aku sedang depresi... MasyaAllah... Aku sedang dihadapkan dengan harus be...