Pagi
ini cerah sekali, matahari tersenyum pada daun-daun yang membentangkan tubuhnya
seakan – akan menyambut senyum matahari, dan burung yang besahutan seolah –
olah bersorak sorai dengan pagi yang cerah ini.
Itulah suasana pagi hari di halaman
rumah ghisa, berbeda dengan halamannya matahari belum memberikan senyumannya
sama sekali pada kamarnya, bukan, bukan karena matahari tak mau tersenyum,
namun, sang pemilik kamar yang belum menyambut senyum matahari dengan membuka gorden
jendela kamarnya.
Hoaaaaaaaaamm... Astaghfirullah jam berapa
ini? Jam setengah 6? Apa? Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa bundaaaaaaaa kenapa
gak bangunin aku... teriak ghisa dari kamarnya, tanpa jawaban apapun. Aku belum
sholat.
Ghisa
langsung mengambil air wudhu dan langsung shalat subuh. Tadi malam ia begadang
hingga pukul 3 subuh untuk mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan esok hari,
karena ia tahu tak akan bisa mengerjakan esok hari sehingga ia mengerjakannya
tadi malam.
Setelah menyelesaikan aktivitas
paginya, ia membuka hape dan ternyata ada missed
call dari bunda 4 kali dan 6 sms, 1 dari bunda membangunkan karena bunda
sedang pergi bersama ayah ke rumah saudara yang baru melahirkan dan sisanya
dari teman-temannya salah satunya dari fianka.
“Ghis, dimana? Kita tunggu sampe jam 7, klo gak kita
caw --fianka”
Astaghfirullah,
aku lupa hari ini kan survey.
Ghisa
dengan terburu – buru bersiap-siap pergi ke kampus.
Di
kampus
“Oke ghisa, kau telat 30 menit,
hukumannya bending 15 kali.” Perintah Rino sang komisi disiplin(komdis).
“Siap!” jawab ghisa.
“fiuh, maaf telat kang” ucap tama
sambil berlari dan menghela napas terengah –engah
Loh,
tama kenapa telat, tak seperti biasanya, ya aku tahu rumahnya jauh tapi ini
kali pertama ia terlambat, biasanya ia selalu tepat waktu dan bahkan hadir
maksimal 30 menit sebelumnya. Bahkan, ketika teman teman yang lain bertanya
kenapa ia tak pernah telat ia menjawab “Terlambat itu antara mau dan tidak mau,
kalo kita tak mau terlambat pastikan kita mau tepat waktu”. Mungkinkah ia
sedang mau terlambat? Aneh sekali.
“Ya kau Tama, telat 31menit,
hukumnannya push up 16 kali.” Perintah Rino sang komdis.
Rino sang komdis yang paling killer
itu adalah wakil presiden himpunan ia adalah eksekutor kesalahan – kesalahan pengurus
himpunan.
“Kalian adalah kaka yang akan
mengkaderisasi adik – adik, tapi kalian sendiri terlambat, sungguh
mengecewakan!”
Ini
hari yang menyedihkan bagiku, astaghfirullah.. lirih Ghisa.
Hari ini Ghisa, Fianka, Rino, Tama, Rama,
Chika, Nando, Afiya dan sebagian teman himpunan lainnya akan menyurvey lokasi
untuk kaderisasi Latihan Kepemimpinan Mahasiswa di Desa Asih, Jawa Barat.
Mereka pergi menggunakan mobil Nando dan sebagian lagi menggunakan motor.
Ghisa, Fianka, Chika, Afiya, Nando dan Tama pergi dengan mobil Nando. Di
perjalanan mereka mengobrol dengan asyiknya.
“Tama, kenapa kamu telat? Itu kan
hal yang tak pernah terjadi sebelumnya.” Tanya Afiya yang sama sama penasaran
seperti Ghisa.
“Aku telat.” Jawab Tama.
Tama memang laki – laki yang tidak
banyak bicara, namun tetap menjaga keramahannya.
“Wah kenapa kamu mau telat?” balas
Afiya lagi.
“ Karena tadi ibu mendadak batuk
berdarah, aku berjanji merawat ibu hingga akhirnya ibu yang memaksaku pergi.
Aku harap sekarang ibu sudah baikan.”
“Innalillahi” ucap semua yang berada
di mobil.
“Semoga ibumu cepat sembuh ya Tama”,
ucap Afiya memberikan semangat.
Ibu...
Oh ya, bunda, aku belum bilang pergi sama bunda, nanti sajalah saat sudah
sampai. Ucap ghisa dalam hati.
Diperjalanan
mereka mengobrolkan segala hal, namun berbeda dengan Tama yang dari tadi
menenangkan hatinya dengan membaca Al-Qur’an. Bukan hanya Tama yang murung,
namun, Fianka yang dari tadi diam saja juga nando yang semenjak Tama bercerita
tentang ibunya ia menjadi sangat pendiam tidak seperti biasanya. Mereka hanya
bercerita – cerita dan terkadang ada tawa yang hampa, seakan akan tawa tanpa
hati.
Setelah
sekitar 4 jam perjalanan, tiba disana, mereka disuguhi pemandangan yang luar
biasa indahnya oleh Sang Pencipta Allah swt. Di tempat Ghisa berdiri melihat
kedepan adalah pemandangan kebun teh yang sangat indah tepat dibelakang Ghisa
terdapat gunung yang berwarna coklat akibat gunung itu gundul tanpa pohon. Namun,
teksturnya begitu indah dan di belakang gunung terlihat ada laut yang
terbentang luas. Ghisa, afiya dan yang lainnya teriak teriak, ayo kita foto!
Mereka yang disebut gito (gila foto) jelas langsung saja berfoto ria.
Sementara itu Nando
berteriak teriak seakan – akan semua beban ingin ia keluarkan.
“mamiiih papiiiiih
makasih udah ngebesarin Nando.”
“Mamiiiih
Papiiihh kenapa ninggalin Nando secepat ini, Nando juga ingin bareng sama Mamih
Papih” Nando berteriak terus menerus mengeluarkan semua beban hingga air matanya
mengalir.
Lalu
Tama yang dari tadi ada di belakangnya menenangkannya dan menuntunnya untuk
membaca Ayat Al-Qur’an, innalillahi wa inna ilaihi rojiun, sabar ya Nando,
semuanya pasti akan kembali pada Rabb Sang Pencipta, semoga Nando dapat
dikuatkan dan jangan lupa selalu doakan mereka agar menjadi makhluk yang
dicintai olehNya.
“Terima
kasih Tam, enaknya kamu masih bisa berbakti pada mereka sedangkan aku, saat
mereka ada aku hanya menyusahkan mereka.” Ucap Nando lirih.
Rino
yang sejak tadi membiarkan teman – temannya untuk menikmati alam, memanggil
mereka dan membariskan mereka.
“Teman
– teman, alhamdulillah kita sudah sampai dengan selamat, ingat saat ini kita
berada di alam bebas sehingga hati – hati, jangan ngelamun, usahakan bersama
terus dengan yang lainnya. Kita akan menyusuri gunung itu (sambil menunjuk ke
gunung yang sebagiannya sudah gundul.) Hati hati ya kawan tetap semangat, ayo
kita teriakkan semangat kita, Hidup Mahasiswa!”
“Hidup
Mahasiswa!!” sahut yang lainnya.
Mereka berjalan menyusuri hutan
gunung, yang diatasnya gundul, sambil melihat-lihat apa saja yang diperlukan
saat acara, dimana tempat yang cocok untuk pos-posan dan lain halnya yang tentu
saja sudah dibagi sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Tiba tepat di bawah hutan yang
gundul, tiba tiba bumi bergetar dengan kencang, “Allahu Akbar” ada yang
berteriak, dan berlarian “gempa – gempa” getaran itu terhenti dan tiba – tiba
terjadi gempa yang lebih kencang. Hingga “Aaaaaaa” salah seorang dari mereka
ada yang terjatuh. “Ghisaaaaaaaaaaaa”, “Teman teman, Ghisa jatuh” teriak fianka
panik. Namun guncangan terus menerus, “Longsoooooor awas longsor!!” mereka
berlarian menghindari longsor. Mereka berlarian menyelamatkan diri ke tempat
yang aman dari longsor. Hingga sampailah mereka di salah satu halaman penduduk
yang cukup luas bersama dengan penduduk lainnya. Rino yang sangat bertanggung
jawab segera memeriksa siapa saja yang ada disana. Setelah di absen ternyata
Tama dan Ghisa tak ada.
“Tama
dan Ghisa kemana?” tanyanya.
“Ta
tadi, Ghisa jatuh Tama tak tahu dimana” jawab fianka sambil menahan tangis.
“Nando,
gimana sudah dihubungi petugas evakuasi?” Tanya Rino
“Ya,
sedang dicari kita tidak diperbolehkan membantu karena sangat berbahaya, belum
lagi jika ada gempa susulan, kecuali, kita punya perlengkapan yang memadai” Jawab
Nando.
Semua
mahasiswi menangis, mereka bingung kehilangan saudara mereka, mungkinkah ini
yang membuat fianka terdiam saja, mungkinkah ia sudah merasakan firasat yang
aneh.
selanjutnya -->
No comments:
Post a Comment