Semenjak hari itu aku
kehilangan dirinya, ya, ia tak pernah mengsms ku, ataupun mengerjakan tugas
bersama, karena ia sudah lulus, aku sedang menginjak tahun ke 4.. Sebenarnya
hampir setiap dosen berkata padaku, ayo Tyas cepet
lulus, apa yang kamu tunggu.. Tapi aku tak mau, aku
pikir mengakhiri kuliah adalah sebuah pilihan kehidupan yang akan lebih
kompleks..
Short Message Service
“Assalamu’alaikum, Tyas, ada kabar
baik, ada yang mau ta’aruf,
gimana?” pesan dari Murabbiku.
“Waalaikum
salam, alhamdulillah, boleh teh insyaAllah trus gimana?”
“Tyas
maunya gimana?”
“Pengennya
langsung aja ketemu orang tua Tyas
teh.”
“Yaudah
teteh kasih alamat langsung aja ya”
“Silahkan
teh, eh teh, suruh nelpon ke ibu dulu”
“iya iya”.
“De, hari ini ada yang
ingin berkenalan denganmu” ujar ummi.
“Ta’aruf?”
“Iya”
“Ummi tahu gak siapa orangnya?”
“Tahu”
“Siapa mi?”
“Rahasia”
“Ya ummi kan aku yang mau ta’arufnya”
“Lihat aja nanti”
Di
malam hari
“ Tenong tenong Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
“De, buka” kata Ummi
“Gak mau ah ade malu”
“Yaudah”
“Silahkan masuk”
“Udah kali ke2 ya bu, kami
kesini” ujar Ibu Yosuf
“Yusuf?” ucapku lirih.
“Pah, de, ka ini ada tamu”
Aku menyalami semua dari jauh dan mencium tangan ibu Yosuf.
“Apa kabar Tyas” sapa Pak Teddy.
“Alhamdulillah baik pak, semester ini semakin berat ya pak” balasku.
“Enggak, mudah kok, insyaAllah”
“Aamiin”
Yosuf dari awal terus menunduk tak seperti saat dahulu yang terus
memandangiku, ia lebih menjaga pandangannya”
“Langsung saja mulai
perkenalan, karena sudah saling kenal, langsung ke tahap ke 2, yaitu prinsip”
“Tujuan saya menikah adalah
untuk menggapai ridho Allah dan memenuhi sunnah rosulullah, saya berharap dapat
bersanding dengan istri yang shalehah sebagai pupuk untuk anak - anak kami yang shaleh
dan shalehah” deskripsi Yosuf.
“Ya, tujuan saya juga sama,
saya ingin punya suami yang dapat
menjadi pemimpin di keluarga kami nanti, saya ingin juga mengabdi kepada
masyarakat sebagai guru, atas ridho dari suami saya”
“Bagaimana dengan siklus
haidh anti?”
“Siklus haid saya 1bulan
sekali”
“Sudah periksa thalassemia?”
“Alhamdulillah saya
normal, antum?”
“Saya pun normal”
“Penyakit yang diderita?”
“Alergi debu, flu, anti?”
“Alergi dingin, asma”
“Kebiasaan bangun?”
“Pukul 3 subuh”
“Antum?”
“Pukul 2.30 subuh”
“Subhanallah”
“Sifat buruk selain pemarah
dan cerewet?” sambil tertawa kecil
“Gak sabaran, suka ngatur - ngatur”
“Antum?”
“Klo marah diam, dari saya
cukup ada pertanyaan lagi?”
“Pekerjaanmu sekarang apa?”
“Saya sedang membangun bisnis jasa
pemograman untuk bank - bank di Indonesia, kerja saya bisa keluar kota, anti siap?”
“Saya mau kemanapun, insyaAllah siap, walaupun saya lebih ingin
berada di Bandung
untuk merawat kedua orang tua saya, dan insyaAllah
mertua”
“Saya setuju”-selama
berbicara ia terus menundukkan pandangannya-
“Saya cukup, insyaAllah” kataku.
“Lalu bagaimana anak – anak ? silahkan dari Yosuf
dulu” tanya ayah.
“Saya ingin lanjut”
“Bagaimana yas?” tanya Ayah.
“--”
“Diam artinya ya, ya?” tanya
Pak Teddy.
-Aku mengangguk-
“Alhamdulillah” ujar ibu Yosuf.
“Bagaimana tahap
selanjutnya mau langsung lamaran saja?”
“Iya” jawab Yosuf
dengan mantap.
“Bagaimana ibu dan bapak?” tanya Ayah.
“Karena anak kami sudah menyetujui, kami siap siap saja” jawab Pak Teddy.
“Alhamdulillah” syukurku.
“Bagaimana kalo
membicarakan lamaran setelah makan?” ajak
Ummi.
“Mari mari makan dulu” Ajak Ayah.
“Baiklah” jawab Pak Teddy.
“Yusuf menjadi lebih pendiam
ya?” ucap Ummi.
“--” tak ada jawaban dari Yusuf.
“--” semua hening.
Makanpun
selesai, lalu kami melanjutkan pembicaraan.
“Nah, bagaimana dengan
lamarannya?”
“Kalau menurut saya, lebih
baik sekarang saja langsung ke acara lamaran, agar dapat mengetahui jawabannya lebih cepat,
bisa istikharah dari sekarang” ucap Yosuf
dengan berani.
“Wah, anak kami sudah tak
sabar ternyata, bagaimana ibu dan
bapak?” tanya
Pak Teddy.
“Ya, sudah resmikan saja
lamaran ini biar kita dapat
meminta petunjuk dari
sekarang” jawab ayah dengan mantap.
“Maksud kami datang ke sini
selain untuk taaruf, juga untuk melamar, kami menunggu jawabannya
minimal 1minggu dari
sekarang, maksimal 1bulan.” lanjut
Pak Teddy.
“Iya insyaAllah, kami setuju, insyaAllah setelah kami mendapat
petunjuk kami akan segera menghubungi Yusuf dan keluarga” Jawab ayah.
“Alhamdulillah, sekarang, mari kita pamit pulang” ujar Yusuf.
“Iya, ayo kita pulang” ujar Pak Teddy.
“Aduuh nanti disini sepi,
nginep saja disini” ujar Ummi.
“Bukan saatnya bu, mari kita pulang” ucap Pak Teddy.
“Ya kalo begitu, silahkan..” ujar Ummi, dengan sedikit kecewa.
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikum salam”
***
Hari – hari setelah lamaran, aku terus mendekatkan
diri pada Cinta abadiku, aku terus memohon yang terbaik kepadaNya. Aku ingin
cintaku pada makhluk hanya karena Cintaku padaNya, Cinta Abadiku.
3 hari kemudian
Short Message Service
“Assalamu’alaikum ukhti. Ini
dengan Afian, saya ingin bertanya apakah ukhti sudah ada yang melamar?”
“Waalaikum
salam, sudah akh.”
Di
kampus aku tetap sibuk dengan kegiatanku. Ketika aku sedang mengerjakan tugas
besar tiba – tiba Aristi datang menghampiriku.
“Yas, pak teddy manggil
lagi” ujarnya.
“Ada apa?”
“Gak tahu”
“Baiklah,
aku akan segera mendatanginya”
Diruang
Dosen.
“Assalamu’alaikum pak, maaf
memanggil, ada apa ya?”
“Wa’alaikum salam, bagaimana skripsimu?”
“Mmmm belum ada judul pak”
“Kok bisa?”
“Saya belum ada inspirasi pak”
“Lalu kamu mau mulai kapan?”
“Paling lambat akhir
semester ganjil ini pak”
“Yasudah, saya tunggu, kalau tidak, silahkan cari dosen
pembimbing lain.”
“Jadi, dosen pembimbing saya bapak?
“Ya”
“Subhanallah, terima kasih banyak pak, saya baru tahu, mohon bimbingannya ya pak,
saya pamit dulu”
“Ya, silahkan”
No comments:
Post a Comment