“Asalam’alaikum.. ummi”
“Wa’alaikum
salam, de, kapan pulang? Cepet pulang siap - siap ada yang mau ngelamar cepet ya, mamah lagi
sibuk nih.” “Tuut.. tuut... tuut”.
“Aku belum juga ngomong“
ummi udah bawel dan
menutup teleponnya. “Aku harus segera pulang!”
Di rumah terlihat ummi yang sedang sibuk memasak.
“Assalammu’alaikum.. Ummi”, sapaku.
“Wa’alaikum
salam ade cepet mandi pake bajunya, yang ummi udah siapin, cepet.”,perintah ummi.
“Mi,
tapi ade gak tahu dia mau ngelamar dan ade juga gak tahu kalo dia nonmuslim”
Wajah ummi pucat tak berbinar seperti sebelumnya.
“Apa? Dia nonmuslim? kok kamu gak ngasih tahu ummi? Padahal ummi punya feeling yang kuat sama dia.” tanya ummi heran.
“Ade gak tahu dia mau ngelamar.” belaku.
“Yaudah mau gak mau harus ditolak ya de?” ucap ummi dengan tegas.
“Ya, insyaAllah” aku mengangguk
Di malam hari
“Tenong tenong assalamu”alaikum”
-Sengaja aku yang membuka-
“Yosuf??” lalu aku bersalaman jauh dengan mereka.
“Pak Teddy??” aku heran
melihat Pak Teddy bersama Yosuf.
“Ini papah aku” ucap Yosuf.
“Silakan masuk”
Mereka duduk, dan langsung di sambut oleh ayah.
“Bismillahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin puji syukur kehadirat Allah ta‘ala yang telah mempertemukan kita semua disini,
shalawat serta salam, semoga selalu dilimpah curahkan kepada Rasulullah saw.
Kepada para sahabat hingga ummat akhir zaman. Senang sekali kami kedatangan
tamu agung di rumah sederhana kami ini Bapak Prof. DR. Teddy Ruslan, S.T, M.T, MBA beserta keluarga, kami memohon maaf
jika jamuan kami tak sempurna. Semoga pertemuan kita hari ini menjadi ajang
silaturahim yang membuat Allah swt. ridho.aamiin. Sekian sambutan dari kami. Untuk selanjutkan dengan
segala hormat kami mempersilakan agar bapak dan keluarga menyampaikan maksud
dan tujuannya.” Sambut Ayah.
“Terima kasih Bapak Haris dan keluarga yang telah menyambut kami
dengan baik. Maksud kedatangan kami kesini adalah niat baik putra kedua kami yang sudah tak terbendung lagi, namanya Yosuf,
anak kami ini ingin melamar putri bapak dan ibu, dan insya Allah bersedia melaksanakan semua tata laksana untuk
pelamaran dalam syariat Islam” ucap
Pak Teddy.
“Bagaimana kalo kita berkenalan terlebih dahulu? dipersilakan dari pihak
laki-laki terlebih dahulu.” Ujar ayah yang menjadi
waliku sekaligus menjadi moderator.
“Nama saya Yosuf Fauzi Mikail, lahir di Bandung pada tanggal 12 Oktober 1982 ,
saya anak ke 2 dari 4 bersaudara, ayah saya beragama Islam, sementara ibu saya
Kristen Koptik dan saya ikut bersama ibu saya, saudara perempuan saya semuanya
muslim dan saudara laki-laki saya Kristen saya bersedia melangsungkan lamaran, hingga
pernikahan secara Islam, sekarang saya sedang mengerjakan tugas akhir saya pada fakultas dan jurusan yang sama dengan Tyas
yaitu Fakultas Teknik Informatika dengan jurusan Teknik Informatika, untuk saat ini saya
bekerja di IT consulting milik PT. Shinwa sebagai IT consultant. Sekian jika
ada yang ingin ditanyakan dipersilakan” terang Yosuf.
“Alhamdulillah dari
pihak laki – laki sudah menyampaikan informasi sekarang, dari pihak perempuan yang
akan diwakili oleh saya” ucap Ayah
“Nama putri bungsu kami adalah Tyas Khoerunnisa, lahir tgl 4 Juli 1983 ,
keluarga kami semuanya muslim, dalam memilih menantu sebagai muslim yang taat, mohon maaf taat
berbeda dengan fanatik ya, kami diwajibkan melihat laki-laki dari keimanannya
karena akan membimbing anak kami nanti ke jalan yang sesuai dengan kami yaitu Islam” semua hening dan nampak
kekecewaan dari wajah Yosuf.
Untuk jawaban kami persilahkan kepada ananda Tyas.
“Bismillahirrahmaanirrahiim, yang saya hormati keluarga besar Pak
Teddy, terima kasih atas kehadiran bapak khususnya dan keluarga di rumah
kami tercinta. Ini sebagai pilihan yang sulit bagi saya dan keluarga. Saya
sangat terkejut ketika tahu Yosuf akan melamar, padahal tadi siang kami masih mengerjakan tugas
bersama. Dengan sangat berat hati, izinkan saya untuk menolak lamaran ini,
alasannya karena kami tidak dalam satu keyakinan, saya mengharapkan pemimpin
saya nanti yang dapat menuntun saya dalam syariat Islam, karena saya masih
harus dan memang harus dituntun dalam syariat Islam sesuai dengan perintah
dalam keyakinan kami..” tak kuasa air
mata ini mengalir.
“Tapi kenapa? Ayah dan ibu bisa kok menikah!” Sanggah Yosuf tak
terima.
“Itu lain permasalahannya, dalam Islam laki – laki diperbolehkan
menikah dengan agama samawi (yang
memiliki kitab dari Allah) dengan maksud agar dapat membawa keluarga
mereka ke dalam Islam” jawab ayah “Mohon maaf, bukan maksud menggurui, namun itulah kenyataanya”
Mereka langsung terburu -
buru ingin pulang “kalo begitu kami pamit” izin ibu Yosuf terburu – buru.
“Tidak boleh, sebelum makan tidak boleh ada yang pergi” ucap
ummi sedikit memaksa.
“Tidak, tidak usah kami sudah kenyang” sanggah ibu Yosuf.
“Ayolah bu, masakan sudah terhidang” ajak ummi.
“Yosuf, makan dulu ya? Please” bujukku.
“Ayo mom, makan dulu” ajak Yosuf.
“Yasudah” jawab ibu Yosuf
sedikit terpaksa.
Saat makan terjadi obrolan - obrolan menarik.
“Tante, Tyas tuh klo disekolah cerewet banget loh tan” ledek Yosuf.
“Oh iya? padahal dirumah mah pendiem sampe - sampe rumah sepi klo gak ada dia” balas mamah meledekku.
“Hahaha” serentak mereka tertawa.
“Walaupun cerewet tapi kamu pengen sekelompok sama Tyas terus kan!” bela Pak Teddy.
“Oooh jadi Yosuf yang minta pak?” tanyaku ingin tahu.
“Iya yas, dia yang maksa”
bongkar Pak Teddy.
“Papah, jangan buka rahasia dong” ucap Yosuf malu.
“Hahaha” semua menertawakan Yosuf yang seperti anak kecil membujuk ayahnya.
“Tante, enak masakannya”
puji Yosuf.
“Alhamdulillah” jawab Ummi malu.
“Ya kita pamit pulang ya, biasa SMP (Sudah Makan Pulang)” izin Yosuf pamit.
“Iya silahkan, sering-sering mampir ya Yos, nanti tante masak yang
enak-enak” jawab ummi.
“iya siap tante, kapan – kapan ya tan” balas Yosuf dengan semangat.
***
Di
meja tengah Tyas sedang mengerjakan tugas LDK berupa Blog untuk pendaftaran
acara terbaru mereka, di samping kanan terlihat Mulki dan Aristi sedang asyik
bermain games baru buatan Tyas yang membuat mereka tak merespon sekitar. Tiba –
tiba Afian datang menghampiri.
“Assalamu’alaikum. Yas, gimana tadi malem?”
tanyanya.
“Wa’alaikum salam. Astaghfirullah. Afian, aku kaget, maksudnya?” tanyaku.
“Ditolak atau diterima?”
tanyanya dengan penasaran.
“Ditolak” balasku.
“Trus gimana?” tanyanya.
“Gak gimana – gimana”
jawabku.
“Hey kalian lagi apa nih? Yas, kamu lagi ngerjain apa?” sambung Yosuf
tiba – tiba.
“Ini tugas LDK, mau bantu?”
tawarku.
“Boleh – boleh” jawabnya
dengan semangat.
“Kamu punya template yang bagus tapi simple gak? Kira – kira untuk ini
yang cocok yang gimana ya??” Tanyaku.
“Oh nih, coba lihat – lihat template yang aku punya” tawarnya.
“Waah keren - keren yang ini boleh nih”
“Yas, klo syarat masuk Islam tuh apa?”
“Mengucap 2 kalimat syahadat”
“Trus itu kayak gimana?”
“Asyhadu Allaa ilaaha illallah wa asyahadu anna muhammadarrasuulullah”
“Kamu berharap aku masuk Islam gak sih?”
“Mau aku harapkan atau enggak, hidayah itu datengnya dari Allah, Allah
lah yang dengan mudah memberi hidayah pada makhluknya, aku tak berharap kamu masuk
Islam, karena Aqidah itu datangnya dari hati, jika aku memaksa hanya akan
berakhir kecewa”
“Ooh..”
“Aku pergi dulu ya” ucap Afian.
“Eh jangan, kamu emang tega ninggalin kita??” tolakku.
“Tega aja, lagi” jawab Afian.
“Afian, ayolah temenin kita sebentar saja” bujukku.
“Iya deh” jawabnya sedikit
terpaksa.
“Oh ya, aku mau ke belakang dulu, fian, tolong lanjutin ya” pintaku.
Selama Tyas ke belakang
untuk mencari arsip – arsip, Afian dan Yosuf berbincang – bincang.
“Kamu suka sama Tyas ya?”
tanya Yosuf.
“Kok kamu nanya gituh?”
jawab Afian.
“Ya mungkin kalo tadi malem kamu yang ngelamar, kamu langsung
diterima, kamu kan baik, pinter, bisa nuntun dia lagi ke jalan Islam pokoknya perfect deh”
“Oh ya tadi malem gimana?”
tanya Afian penasaran.
“Aku ditolak, soalnya kita gak sefaham” jawab Yosuf dengan nada sedih.
“Oh ya? trus keluarga kamu gimana?” tanya Afian.
“Mereka sih udah bilang sebelumnya harus siap ditolak karena masalah
keyakinan jadi pas pulang juga biasa aja.” Ujar Yosuf dengan gembira.
“Bagus kalo gituh, aku takutnya kamu ngedrop” ujar Afian, khawatir.
“Eh ajari aku Islam dong”
pinta Yosuf dengan semangat.
“Kamu mau masuk Islam?”
tanya Afian dengan senang.
“Gak juga sih, cuma makin penasaran aja” sanggah Yosuf.
“Oh yaudah boleh – boleh” Afian
menyetujui dengan semangat.
“Hey, kalian ada kelas gak? Aku ada nih, tugasnya lanjut nanti aja ya
fian?” ucapku.”
“Iya, ayo kita bareng – bareng ajak mereka tuh main terus” jawab Afian.
“Mulki, Aris ayoo!!”
ajakku.
“Ah yas, lo gak rame banget sih ini lagi konflik nya, lagi rame –
ramenya!” sanggah Mulki.
“Hey, dosen killer sekarang!” ucap Yosuf.
“Iya, cepet mul!” Aristi mengajak sambil melotot.
“kayaknya killeran kamu deh ris” celetuk Mulki.
“hahaha” semua tertawa.
No comments:
Post a Comment