Roda kehidupan terus berputar, kuliah pun sama,
terkadang menyenangkan, terkadang mengecewakan, tergantung bagaimana kita
menyikapinya, karena semua terjadi sudah yang terbaik dari Allah swt. Pengalaman
baru, teman baru, ilmu baru, segala hal yang baru kudapati di kampusku
tercinta.
Terlintas,
ada satu hal yang membuatku bertanya
- tanya, setiap semester aku hanya berbeda beberapa sks
dengan Yosuf,
dia mengambil semua sks yang aku ambil, dan mengambil 2 sks lebih banyak
dariku, dia memang sangatlah pintar, targetku menjadi mahasiswa teladan, kalah
olehnya. Namun, IP(Indeks Prestasi) kami tidak jauh berbeda, dia mendapat 3,7 sementara aku hanya
mendapat 3,65. Begitu setiap
tahunnya, hingga tahun ini, ia akan lulus sementara aku tetap belum
menyusulnya. Ingin sekali aku bilang, please ngalah
sekali aja,,haha.. tak mungkin ya..
Sering
satu kelompok dengannya membuatku tahu beberapa hal, bahwa ia lahir tahun 82
lebih tua dariku 1 tahun, karena ia adalah mahasiswa tahun kemarin tak lolos snmptn. Sebenarnya aku heran,
mengapa ia tak lolos, padahal otaknya jenius sekali. Aku membayangkan, sepertinya ia tak usah membuka buku setiap hari
sepertiku, ia hanya tinggal memerhatikan dosen lalu pulang dan saat ujian ia
mendapat 100 . Sementara aku harus membuka,
menghafal apa – apa yang sudah dijelaskan oleh dosen. Jika diperhatikan, ia
memang tak mudah bergaul walaupun dia bukan ansos(anti social), hanya saja teman
dekatnya hanya sedikit sekali. Sampai saat ini aku tak tahu agamanya, yang aku
tahu, setiap waktu sholat dia selalu mengajakku sholat dan setiap aku ke mesjid
aku selalu melihatnya di selasar mesjid.
Sekarang
aku sudah tingkat 3, sementara ia sedang mempersiapkan kelulusannya, walaupun,
sidang ia lebih cepat 1 tahun , tapi untuk wisuda ia meminta disatukan dengan gelombang kami, dia memang
aneh. Aku yang sedang mengobrol
dengan temanku tiba – tiba merasa kaget ketika Afian memanggilku,
ia adalah kepala LDK di kampusku, karena biasanya dia memanggilku hanya jika
akan rapat atau ada acara LDK, ia memanggilku dan mengagetkanku.
“Yas, tahu kabar tentang Yosuf gak?”, tanya Afian.
“Gak, kenapa gituh?”,
jawabku.
“Yosuf mau ngelamar anti”,
katanya.
“Astaghfirullah? Beneran yan?”, tanyaku tak percaya.
“Iya, akhir - akhir ini beliau ngeSMS saya terus, trus nanya-nanya kalo dalam Islam mau
nikah harus gimana.”, jawabnya.
“Hah!”, aku tercengang, “maksud kamu dia bukan Islam?” lanjutku.
Afian hanya menggelengkan kepala tanda bilang bukan.
“Apa?? Tapi ia ngajak aku sholat dan tiap kali aku ke mesjid, ia ada di selasar”, tanyaku tak percaya.
Ia mengangkat bahu tanda tak tahu.
“Innalillahi.. kapan ia mau
ngelamar?”, tanyaku.
“Nanti malem”, jawabnya.
“Apa?? kok dia gak bilang??”,
tanyaku.
“Dia bilang, dia mau langsung nelpon ibumu”,
jawabnya.
“Trus aku hrus gimana ya?”, tanyaku.
“Sebisa mungkin tolaklah”,
jawabnya.
“Makasih
Afian informasinya, semoga Allah memberi petunjuk”, ucapku.
“Aamiin.
Sama – sama.”, jawabnya.
Selesai percakapan dengan Afian, aku langsung menghubungi Ummiku.
No comments:
Post a Comment