Thursday, November 9, 2023

Pejuang Garis Dua PCOS FIGHTER tahun ke-1

Bismillah 

Assalamu'alaikum, teman-teman.. 

Saya coba menulis lagi karena anxiety saya sedang tidak wajar hihihihihi 
coba saja mungkin jika diceritakan bisa lebih sehat dan bahagia lagi :) Bahagia sekali bisa nulis lagiii... 


Ini pake laptop windowsnya suami yang lumayan lancar dibanding laptop aku yang lungsuran dari mamah haha.. 


 2017 -2018

Aku menikah di tahun 2017, mengenai masalah sulit punya anak sudah menjadi perhatian dan overthinkingku sebelum menikah. Kenapa? karena aku memang jarang haidh dari sebelum nikah. Aku pertama kali haidh saat kelas 6 SD, setelah itu 7 bulan aku tidak haidh dan baru haidh lagi. Jujur kepolosanku berpikir bagaimana kalau aku hamil? padahal aku gak pernah ngapa-ngapain cuma overthinking aja sih wkwkwk kan yang normalnya perempuan haidh kalo gak haidh berarti hamil. HAHAHA Ibuku selalu meyakinkan bahwa wajar sebelum nikah hormon belum stabil dan ibu juga katanya dulu gituh.. Ya sudah... 


Saat SMA jujur ada kekhawatiranku, karena kan aku anak IPA dan ngerti gituh klo aku berarti gak normal berarti ada apa-apa, namun, aku dikuatkan oleh ibuku bahwa itu benar-benar normal dan ibuku pun bisa punya 2 anak dengan kondisi haidh seperti itu. Saat SMA pun ada temanku yang sama, namun karena kekhawatirannya dan ibunya mereka ke bidan dan diresepkan Pil KB setiap bulan. Aku yang bilang ke ibuku bilang gak usah, belum nikah dll.. Jujur aku adalah anak yang baik yang nurut dan percaya 100% pada ibuku. HAHAHA 


Saat kuliah, aku merasa ingin periksa gituh ke dokter kan di kampus ada poliklinik ya, aku ngerasa udah dewasa yang gak usah bilang ato dianter gituh, terus gratis lagi kan ya, tapi aku lupa sih waktu itu aku ada keluhan apa ya kayaknya emang lagi sakit, pokoknya dokternya laki-laki. Dan aku bilang kalau aku haidhnya gak tiap bulan, apa jawabannya? "Wah hebat atuh jadi sel telurnya banyak nanti lama ke menopousnya". Saat itu di otak aku logis sih, kan sel telur dikeluarin tiap bulan ini enggak berarti cadangannya masih banyak dong ya. Setuju gak temen-temen? HAHAHAHA 


Lalu masuklah ke fase akan nikah, saat lamaran 14 Mei 2017 aku itu sedang belum haidh berapa bulan gituh ya. Aku sampai bertanya kepada calon suamiku, "Bagaimana kalau kita diuji gak punya anak?" Karena menurut pembicaraan saat ta'aruf kami sepakat ingin punya anak 5 (wow). Sebelum menikah aku memang ingin punya banyak anak, karena istri yang baik itu yang banyak anak dan keutamaan-keutamaan lainnya tentang banyak anak. Namun, aku lebih setuju jika diberi jarak jadi KB bukan karena gak mau punya anak lagi, tapi ngasih jarak. Karena tiap anak perlu kita secara fulltime bukaan? 


Saat menikah aku lupa sudah berapa bulan tidak haidh, namun saat nikah aku kondisi sangat stress, badan lagi gendut-gendutnya tidak bisa turun karena kayaknya tubuh saya stress berat. Beberapa hari setelah menikah, saya haidh. Dan banyak orang yang bilang "Wah neng nanti kalau udah haidh mah suka langsung jadi loh". Aku sangat senang dengan ucapan2 seperti itu. Lalu mungkin karena hormonal tiba-tiba aku ingin makan ini makan itu seperti yang ngidam gituh loh. Jadi kayak seneng aja dan orang-orang sekitar juga berpositif thinking hahaha... 


Tapi, ternyata aku tidak haidh 8 bulan loh wkwkwk kalau hamil 1 bulan lagi lahiran itu... 

Hal yang aku rasakan MALU. Aku malu bertemu teman-teman, aku malu bertemu dengan sanak saudara yang tahu aku sudah menikah. Aku marah dan sedih jika aku sakit terus ada yang bilang "lagi isi mungkin". Aku malu dan mulai membandingkan diri sendiri dengan orang lain yang sudah menikah langsung hamil. Aku merasa tidak berharga sebagai perempuan yang saat itu "tidak bisa hamil". 


Saat ke dokter di hermina saat itu, dokter masih mewajarkan karena belum 1 tahun dan aku diberi obat pil KB agar bisa haidh dulu aja. Ditengah gempuran ingin punya anak dan pertanyaan orang-orang yang selalu nanyain kapan punya anak.... 

Sebenarnya................ 


Aku belum siap punya anak..... 


Aku masih belum selesai dengan diriku sendiri, dengan masalah dengan orang tuaku, ternyata setelah menikah aku baru menyadari ada yang belum selesai dengan orang tua, yang sekarang kita tahu itu innerchild.. Depresiku datang (merasa tidak berharga dan ingin ******) namun, karena aku takut masuk neraka dan aku takut kesakitan bahkan aku gak mampu untuk menyakiti diriku sendiri secara fisik, aku hanya dapat melukai bathinku secara mental, aku menghina, mengkritik menakut-nakuti diriku sendiri. Betapa jahatnya aku kepada diri sendiri... Astaghfirullah.. 
Aku berusaha lepas terbebas dan ingin sembuh. Jadi kondisi ini selalu berulang setiap aku ada konflik dengan ibuku. 


Karena aku tidak berpacaran, aku juga belum terlalu kenal dengan suamiku, kami menikmati momen berdua dan pacarannya kami. 

Namun, tuntutan orang dan pandangan orang, yang membuat aku sok pingin punya anak gituh... 
Dan yang paling membuat aku sakit ketika ada yang bertanya ke suami .... Meskipun suami lebih slow dari aku, tapi aku yang mendengarnya lebih sakit, lebih merasa bersalah pada suami. 

Alhamdulillah Allah Ta'ala yang Maha Tahu aku belum siap. 


 Hikmah : 
 - Coba untuk memahami diri sendiri apa yang kamu mau, jangan ditentukan orang lain. 
 - Husnudzon kepada Allah ta'ala adalah yang paling bener dalam hidup.

No comments:

Post a Comment

Pejuang Garis Dua PCOS FIGHTER Tahun ke-5 part 2 Diet untuk PCOS

  Cerita HSG dan test hormonku. Saat akan HSG dan test hormon ini, aku sedang depresi... MasyaAllah... Aku sedang dihadapkan dengan harus be...