Menjadi
seorang dokter bagi anak kampung sepertiku bukan perkara yang mudah, aku terus
berusaha belajar sebaik mungkin dalam pelajaran - pelajaran apalagi mengenai
biologi, sejak sd aku terus mempelajari biologi dan Alhamdulillah hingga smp
pun aku memang baik dalam pelajaran biologi. Namun, kami kekurangan sumber
bacaan, khususnya aku, aku tak pernah membeli buku, kegiatanku setiap hari
adalah merangkum buku bacaan milik teman. Setiap hari aku dibekali garam oleh ibuku,
jika aku lapar atau ngiler cukup kecap saja garam itu maka, rasa ngiler itu
akan hilang.
Di SMA
aku memang pandai dalam pelajaran Biologi namun, sangatlah disayangkan, aku tak
pandai dalam pelajaran ipa lainnya. Berbeda dengan pelajaran IPS seperti
Geografi, Sosiologi, Sejarah dan pelajaran IPS lainnya, aku sangat menguasai
dibuktikan dengan nilai - nilaiku.
“Nak, melihat
nilaimu seperti ini kamu tidak bisa masuk ke jurusan IPA, kamu harus masuk
jurusan IPS.” ujar Wali kelasku Pak Dedi.
“Tapi saya ingin masuk jurusan IPA pak, tolonglah saya,
saya ingin menjadi seorang dokter yang dapat menolong sesama didaerah saya pak”
ucapku sedikit memaksa.
“Tapi, melihat nilaimu seperti ini, tidak dapat
dipaksakan masuk jurusan IPA nak”
“Tolonglah pak, kumohon”
“Sudahlah nak, jangan dipaksakan, jika kamu baik pada
pelajaran IPS dan kamu berkembang disana, kamu bisa menjadi seorang ahli
disana. Biarlah nanti kamu cari suami dokter” nasihat Pak Dedi.
“Suami
dokter Pak? Hehe.. Baiklah Pak, jika memang tidak dapat dipaksakan” jawabku dengan sedikit
kecewa.
Aku
bertanya - tanya kembali, apa itu impian? Apakah sangat sulit bagiku seorang
yang tidak pandai untuk menjadi seorang dokter? Impianku hancur saat itu juga.
Aku tak tahu lagi apa itu impian, mengapa begitu mudah hancur impian bagiku.
Aku pun menjalani sekolahku tanpa impian yang jelas seperti sebelumnya.
Akupun
mengenal yang bernama mentoring, awalnya dari sahabatku Alfaizah, ia
menceritakan bahwa ikut mentoring itu ringan tinggal duduk mendengar tapi
hasilnya besar. Banyak orang - orang besar yang terlahir dari mentoring. Aku
ikut - ikut saja dan ternyata tetehnya sangatlah baik padaku, beliau memberi
perhatian lebih padaku. Aku yang belum menggunakan kerudung yang baik, ah aku
malu.
Di
mentoring ini aku menemukan impian, ya impian. Aku menyimpulkan sendiri bahwa
“Impian adalah sesuatu yang harus kita gapai ya harus!!
Dan impian seorang muslim sejatinya adalah bertemu dengan Rabbnya dan mati
dalam keadaan Iman dan Islam melalui profesi apapun itu dan sebaik - baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya”
Aku mulai
menelusuri, profesi apa yang akan membuatku menjadi seseorang yang bermanfaat
Oh ya! Guru! Mengapa tidak menjadi seseorang yang akan memberikan cahaya
ditengah kegelapan tak bisa membaca? Mengapa tidak menjadi seseorang yang akan
membangun generasi - generasi dokter selanjutnya? Mengapa tidak menjadi
seseorang yang akan mencetak generasi pemimpin dunia?
Ya! Aku
ingin menjadi seorang guru, pendidik yang akan membangun generasi peradaban
dunia. Tak tercapai lagi? Tak apa minimal aku menjadi pendidik bagi anak -
anakku tercinta. Impian itu tak hanya satu, impianku banyak dan kutulis semua
pada buku harianku dan satu persatu kucoret sebagai
tanda tlah tercapai. Mulai dari menjadi seorang hafidzah, umroh bersama
keluarga, berjalan - jalan ke Eropa, hingga ada satu impian yang tak mungkin
aku coret sendiri, yaitu mati syahid. Karena meskipun kita meninggal di atas
tempat tidur, jika kita sudah berniat untuk syahid in syaa Allah, Allah akan menjadikan
kita syahid.
Setelah
lulus dari SMA aku melanjutkan kuliah ke Universitas Pedidikan Indonesia prodi PGSD, ya aku
ingin menjadi seorang guru sekolah dasar, aku meninggalkan keluargaku di
kampung demi mencapai impianku. Aku termasuk keluarga yang cukup, uang darimana
untuk kuliah? Alhamdulillah aku mendapat beasiswa bidik misi, sehingga kuliahku
gratis dan akupun mendapat uang saku setiap bulan. Semua atas izin Allah.
Di kampus
aku tidak mengikuti organisasi, aku hanya mengikuti rohis di jurusanku dan
menjadi santri tahfidz di Daarut Tauhid. Mengapa aku tak ikut organisasi? Bukan
bukan karena aku tak mau, tapi aku lebih memprioritaskan kuliahku, karena
ketika waktuku luang dari kuliah aku harus ke perpustakaan untuk belajar, untuk
merangkum buku - buku. Rajin? Alhamdulillah aku dipaksa untuk rajin karena
tidak seperti teman - temangku yang lain, aku tak dapat membeli buku dan
membacanya dirumah.
Kampus menjadi tempat penuh pengalaman
bagi perempuan sepertiku. Tak tahu bagaimana ceritanya aku dan alfaizah menjadi
dekat dengan beberapa teman yang berada di perpus, karena merekapun sering
kesana. Ada 3 orang teman, Dondot, Rafi dan Lani wajah mereka tak asing karena
mereka sering sekali ke perpustakaan, sepertinya mereka jurusan biologi karena
bacaannya itu mengenai anatomi tubuh, dan lain sebagainya. Kami sering
berdiskusi dengan mereka, tentang berbagai hal, mulai dari pendidikan, politik,
agama dan sebagainya. Aku dan alfa pun tak mengerti mengapa bisa kami dekat
dengan mereka seakrab ini. Terutama aku sangat akrab dengan dondot, bahasanya
yang mudah kufahami, pemikiran cemerlangnya membuat aku merasa nyaman ketika
berdiskusi dengannya.
Aku masih semester 5, namun aku kaget
ketika murobbiku mengirim pesan singkat.
“Assalamu’alaikum, ukti shalihah bsk saat
liqo bawa proposal nikah ya”
Aku membacanya dan melongo, apaaaaa,
maksud teteh apaa.. lalu ku balas.
“Afwan teh untuk apa ya? Amel belum nyiapin
sama sekali”
Balasan dari beliau
“ditunggu bsk harus udah ada ya.”
Jawaban singkat padat tak perlu ku tanyakan
lagi, pasti itu penting aku sebagai mutarobbi, tak bisa apa apa, baiklah
baiklah aku buat. Dengan mengucap basmallah aku membuat proposal nikahku.
Merinding rasanya ketika aku menyebut satu persatu kelebihan, kekurang, sifat
dan lainnya.
Setelah proposal itu dibaca murobbiku,
akupun diberi sebuah proposal tak tahu milik siapa, kata beliau ini yang ingin
ta’aruf denganmu. Akupun tak menyangka akan secepat ini. Aku pulang denga hati
yang deg degan. Dirumah ku buka perlahan kulihat namanya. Nama yang asing
Luqmanul Hakim. Kubaca perlahan namun, pada bagian foto ku tutup, karena aku
tak mau wajahnya menjadi terbayang dalam ingatanku. Dia adalah calon dokter
yang sedang koas. Yang paling penting adalah visi pernikahannya. Ternyata
visinya sangat bagus sekali, sejalan dengan visi pernikahanku. Baiklah in syaa
Allah aku akan melanjutkan ta’aruf ini.
Sampai tiba dimasa kita bertemu aku
dan murobbiku tiba lebih dahulu daripada mereka. Saat itu aku bertemu, dengan
dondot yang sendirian seperti menunggu seseorang. Lalu setelah beberapa lama
menunggu, memang bukan karena terlambat tapi kami yang sengaja hadir lebih
cepat agar rasa gugup itu berkurang. Lalu muncullah 2 orang ikhwan kang Anshar
suami dari murobbiku bersama Dondot. Aku sangatlah terkejut. Hatiku bertanya –
Tanya, brarti dondot itu adalah Luqmanul Hakim?
“Assalamu’alaikum” sapa kang Anshar.
“Wa’alaikumussalam, abi dan Luqman
ingin memesan apa?”
“Biasa Ummi, teh tawar karena manisnya
sudah ada dari wajah Ummi”
Murobbiku tersipu malu, dan aku hanya bisa
tersenyum melihat romantisme kedua mentorku ini.
“Bismillahirrahmaanirrahiim, langsung
saja ya kita mulai ta’aruf ini dengan basmallah.”
“Gimana Mel, udah dibaca proposalnya?”
Tanya kang Anshar.
“in syaa Allah sudah kang”
“silahkan ada yang ingin ditanyakan?”
“ingin bertanya pertama mengapa tidak
pernah bilang kalau kang Luqman ini dokter? Yang kedua kenapa memilih saya?”
“Bismillah izin menjawab ya, pertama
Amel belum pernah bertanya saya dari jurusan mana, lalu yang kedua karena saya
ingin memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai guru karena anak orang
lain saja diperhatikan apalagi anak sendiri sehingga saya ingin memberikan ibu
terbaik bagi anak – anak saya kelak, dan dari pembicaraan kita terlihat bahwa
Amel wanita yang cerdas, memiliki wawasan yang luas serta taat agama.”
Mendengar jawabannya yang lugas dan
tegas aku hanya tersipu malu dan semakin yakin.
“Bagaimana silahkan dari Luqman atau
dari Amel pertanyaan lagi.”
“Saya mohon the Shofa dapat
menjelaskan kelebihan dan kekurangan Amel, karena dengan penjelasan dari teteh
in syaa Allah saya bisa lebih mengenal Amel, dan silahkan jika kang Anshar
ingin menjelaskan kelebihan dan kekurangan saya.”
“Baiklah, bismillah, Amel ini orang
yang baik, shalih, visioner dan penurut, ia merupakan konseptor yang cemerlang
dan pembicara yang hebat, dalam pengaturan emosi, Amel cepat bereaksi sehingga
jika ada hal yang kurang disukai atau membuat emosi ia akan langsung
mengeluarkannya, mungkin itu yang harus dapat difahami oleh pendampingnya
kelak.”
“Bagaimana cukup Anshar?”
“Cukup in syaa Allah”
“Kalo begitu saya jelaskan mengenai
Luqman, Luqman ini lahir dari keluarga yang disiplin, sehingga ia memiliki
karakter baik yang kuat, ia termasuk orang yang tidak itungan, jadi dia lebih
senang beramal terlebih dahulu dibandingkan dengan memikirkan apa yang akan
didapatnya, ia bertanggung jawab akan amanahnya, ia pekerja keras, sebetulnya
banyak akhwat yang ingin berta’aruf dengannya namun ia ingin menentukan
pilihannya sendiri. Mungkin kekurangannya ia baik terhadap semua orang,
sehingga akhwat banyak yang dibuatnya gr padahal ia memang baik terhadap semua
orang, maka dari itu akhwat pendampingnya harus kuat untuk tidak mudah cemburu.
Bagaimana mel, cukup?”
“…… izin bertanya, kriteria apa yang
ibunya kang Luqman inginkan dari calon mantunya?”
“Mamah, tidak banyak meminta, hanya
yang shalihah dan mampu menjadi istri yang baik untuk anaknya.”
“Bagaimana, apa masih ada ganjalan
pertanyaan pertanyaan dalam hati?”
“tidak” Kebetulan aku dan Kang Luqman
menjawabnya secara serempak.
“Hehe, kalian jangan tegang begitu
biasa saja.” Ujar Kang Anshar.
“Ada syarat yang ingin diajukan
terhadapa saya tidak?” Tanya Kang Luqman lebih gugup dari sebelumnya.
“Saya suka surat Ar-Rahmaan, saya
harap bisa tasmi’ Ar-Rahman di pernikahan nanti.”
“In syaa Allah” jawab Kang Luqman menyanggupi
“Ya, sepertinya kalian sudah saling
mendukung, bagaimana Luqman bisa ke rumah Amel kapan?”
“Besok bagaimana?” Jawabnya.
“Bagaimana mel?”
“Iya boleh, silahkan langsung ke rumah
saja”
Pembicaraan pernikahan kami dari
ta’aruf hingga menikah hanya memakan waktu 1 bulan. Mungkin karena Allah ridho
akan pertemuan kami yang saling mengadu pada Nya untuk dipertemukan dalam
ikatan suci pernikahan tanpa pacaran. Pernikahanku dengan Kang Luqman sangatlah
tak ku sangka, karena aku tak pernah membayangkan dapat memiliki suami seorang
dokter, yang dulu aku impikan. Hingga saat ini kami memiliki 3 orang anak, 1
orang sudah menjadi dokter, 1 orang sedang menjalani aktivitasnya menjadi koas,
1 lagi sedang menjalani pendidikan dokter di Universitas Indonesia.
Alhamdulillah. Semoga dapat menjadi anak – anak shaleh dan shalehah sehingga
menjadi berkah bagi lingkungan dimanapun mereka berada. Aamiin.
Ada puisi cinta dari suamiku saat
pernikahan kami.
Cantik,
mengenalmu kumenemukan arti dari cantik sesungguhnya.
Cantik
itu kamu yang mengenakan jilbab lebarmu dengan ketaatanmu pada Allah.
Cantik
itu kamu yang sehari – harinya belajar karena kamu mengerti bahwa ilmu dapat
meninggikan derajat manusia.
Cantik
itu kamu yang setiap harinya tak ingin lepas dari Al – Qur’an surat cinta dari
Rabbmu.
Cantik
itu kamu yang pandai bersosialisasi dengan sesamamu.
Cantik
itu kamu yang brilian dalam pemikiran – pemikiranmu.
Cantik
itu kamu yang sangat mengerti akan amanahmu.
Cantik
itu kamu yang pandai dalam merancang tujuan hidupmu.
Cantik
itu kamu yang pandai menjaga pandanganmu.
Cantik
itu kamu yang pandai merangkai kata dalam tulisan yang menginspirasi banyak
orang.
Cantik
itu kamu yang menjadi inspirasi banyak orang terutama aku.
Bukankah
mudah bagi Allah menyatukan hati yang sama – sama berharap hanya padaNya?
Bukankah
mudah bagi Allah mempertemukan hati yang saling merindu pada mitsaqon ghalizan?
Maka
dari itu aku hanya berharap padaNya tentang dirimu sosok yang aku kagumi,
kuharap kita dapat bertemu dalam ikatan suci.
Hari
ini ya, hari ini semua harap, semua impian dan semua kekaguman terjawab sudah.
Semua mudah bagi Allah swt. mempertemukan kita.
Cantik
itu kamu, istriku Amalia Hafidzah.
“Ummi,
lagi apa?” Tanya Luqman.
“Astaghfirullah
abi, ngagetin ummi aja, ini bi lagi mengenang kisah cinta kita”
“Ih
ummi genit deh”
“Biarin
bi, genit sama abi mah.. hehe”
“Ngomong
– ngomong bi, waktu dulu kana bi kuliah di unpad kenapa ada di perpus UPI
terus?”
“Sengaja
mi, kami sedang mencari calon guru dari anak – anak kami.”
“Wah
masa sih bi?”
“Iya
aku dan Rafi sengaja main, kalo Lani emang anak Biologi UPI, kami sekalian cari
referensi disana, ternyata bertemu dengan bidadari cantik disana, ya
Alhamdulillah, sama seperti Rafi yang akhirnya menikah dengan sahabatmu itu.”
“Kok
abi bisa tahu murobbi ummi?”
“Minta
tolong sama Lani untuk nyariin hehe”
“Waduuh
Abi abi.. Abi tahu gak kalo ummi dulu tuh pengen jadi dokter terus karena nilai
ummi kurang kata guru SMA ummi udahlah kamu cari suami dokter aja, eh ketemu
abi”
“waah
jodoh pasti bertemu mi hehe.. sekarang ummi jadi pendidik para calon dokter
lebih keren mi..”
“iya
alhamdulillah”
Impian.. akan tercapai hanya bagi orang – orang yang mau berusaha dan mau menerima
kenyataan.
Impian.. buatlah sebanyak – banyaknya, rancanglah seindah – indahnya karena ada yang Maha Mendengar yang akan membantu kamu untuk menggapainya.
Impian.. akan mudah tercapai dan kita siap dalam menghadapinya ketika doa dan ikhtiar sudah disempurnakan.
Impian.. tak ada dosa bagimu untuk bermimpi selama itu hal baik, maka bermimpilah! Tapi, ketika mimpi itu tak tercapai ingatlah Allah, Tuhanmu memiliki rancangan yang lebih indah daripada rancangan manusia lemah sepertimu.
Impian.. buatlah sebanyak – banyaknya, rancanglah seindah – indahnya karena ada yang Maha Mendengar yang akan membantu kamu untuk menggapainya.
Impian.. akan mudah tercapai dan kita siap dalam menghadapinya ketika doa dan ikhtiar sudah disempurnakan.
Impian.. tak ada dosa bagimu untuk bermimpi selama itu hal baik, maka bermimpilah! Tapi, ketika mimpi itu tak tercapai ingatlah Allah, Tuhanmu memiliki rancangan yang lebih indah daripada rancangan manusia lemah sepertimu.
Bukankah
mudah bagi Allah mengabulkan semua impian kita?
Dan Allah menciptakan kamu dari tanah
kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula)
melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan
umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan
(sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu
bagi Allah adalah mudah.
(QS. Fathir 11)
(QS. Fathir 11)
31
July 2014
11:13PM
Syinufa23
Terinspirasi
oleh Ibu Juju Julaeha, Ibu Endang Yuli, Kisah cinta Fatimah dan Ali.
No comments:
Post a Comment