Tuesday, August 5, 2014

Impianku ada padamu #2

Menjadi seorang dokter bagi anak kampung sepertiku bukan perkara yang mudah, aku terus berusaha belajar sebaik mungkin dalam pelajaran - pelajaran apalagi mengenai biologi, sejak sd aku terus mempelajari biologi dan Alhamdulillah hingga smp pun aku memang baik dalam pelajaran biologi. Namun, kami kekurangan sumber bacaan, khususnya aku, aku tak pernah membeli buku, kegiatanku setiap hari adalah merangkum buku bacaan milik teman. Setiap hari aku dibekali garam oleh ibuku, jika aku lapar atau ngiler cukup kecap saja garam itu maka, rasa ngiler itu akan hilang.

Di SMA aku memang pandai dalam pelajaran Biologi namun, sangatlah disayangkan, aku tak pandai dalam pelajaran ipa lainnya. Berbeda dengan pelajaran IPS seperti Geografi, Sosiologi, Sejarah dan pelajaran IPS lainnya, aku sangat menguasai dibuktikan dengan nilai - nilaiku.
“Nak, melihat nilaimu seperti ini kamu tidak bisa masuk ke jurusan IPA, kamu harus masuk jurusan IPS.” ujar Wali kelasku Pak Dedi.
“Tapi saya ingin masuk jurusan IPA pak, tolonglah saya, saya ingin menjadi seorang dokter yang dapat menolong sesama didaerah saya pak” ucapku sedikit memaksa.
“Tapi, melihat nilaimu seperti ini, tidak dapat dipaksakan masuk jurusan IPA nak”
“Tolonglah pak, kumohon”
“Sudahlah nak, jangan dipaksakan, jika kamu baik pada pelajaran IPS dan kamu berkembang disana, kamu bisa menjadi seorang ahli disana. Biarlah nanti kamu cari suami dokter” nasihat Pak Dedi.
Suami dokter Pak? Hehe.. Baiklah Pak, jika memang tidak dapat dipaksakan” jawabku dengan sedikit kecewa.

Aku bertanya - tanya kembali, apa itu impian? Apakah sangat sulit bagiku seorang yang tidak pandai untuk menjadi seorang dokter? Impianku hancur saat itu juga. Aku tak tahu lagi apa itu impian, mengapa begitu mudah hancur impian bagiku. Aku pun menjalani sekolahku tanpa impian yang jelas seperti sebelumnya.

Akupun mengenal yang bernama mentoring, awalnya dari sahabatku Alfaizah, ia menceritakan bahwa ikut mentoring itu ringan tinggal duduk mendengar tapi hasilnya besar. Banyak orang - orang besar yang terlahir dari mentoring. Aku ikut - ikut saja dan ternyata tetehnya sangatlah baik padaku, beliau memberi perhatian lebih padaku. Aku yang belum menggunakan kerudung yang baik, ah aku malu.

Di mentoring ini aku menemukan impian, ya impian. Aku menyimpulkan sendiri bahwa
“Impian adalah sesuatu yang harus kita gapai ya harus!! Dan impian seorang muslim sejatinya adalah bertemu dengan Rabbnya dan mati dalam keadaan Iman dan Islam melalui profesi apapun itu dan sebaik - baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya”

Aku mulai menelusuri, profesi apa yang akan membuatku menjadi seseorang yang bermanfaat Oh ya! Guru! Mengapa tidak menjadi seseorang yang akan memberikan cahaya ditengah kegelapan tak bisa membaca? Mengapa tidak menjadi seseorang yang akan membangun generasi - generasi dokter selanjutnya? Mengapa tidak menjadi seseorang yang akan mencetak generasi pemimpin dunia?

Ya! Aku ingin menjadi seorang guru, pendidik yang akan membangun generasi peradaban dunia. Tak tercapai lagi? Tak apa minimal aku menjadi pendidik bagi anak - anakku tercinta. Impian itu tak hanya satu, impianku banyak dan kutulis semua pada buku harianku dan satu persatu kucoret sebagai tanda tlah tercapai. Mulai dari menjadi seorang hafidzah, umroh bersama keluarga, berjalan - jalan ke Eropa, hingga ada satu impian yang tak mungkin aku coret sendiri, yaitu mati syahid. Karena meskipun kita meninggal di atas tempat tidur, jika kita sudah berniat untuk syahid in syaa Allah, Allah akan menjadikan kita syahid.

Setelah lulus dari SMA aku melanjutkan kuliah ke Universitas Pedidikan Indonesia prodi PGSD, ya aku ingin menjadi seorang guru sekolah dasar, aku meninggalkan keluargaku di kampung demi mencapai impianku. Aku termasuk keluarga yang cukup, uang darimana untuk kuliah? Alhamdulillah aku mendapat beasiswa bidik misi, sehingga kuliahku gratis dan akupun mendapat uang saku setiap bulan. Semua atas izin Allah.

Di kampus aku tidak mengikuti organisasi, aku hanya mengikuti rohis di jurusanku dan menjadi santri tahfidz di Daarut Tauhid. Mengapa aku tak ikut organisasi? Bukan bukan karena aku tak mau, tapi aku lebih memprioritaskan kuliahku, karena ketika waktuku luang dari kuliah aku harus ke perpustakaan untuk belajar, untuk merangkum buku - buku. Rajin? Alhamdulillah aku dipaksa untuk rajin karena tidak seperti teman - temangku yang lain, aku tak dapat membeli buku dan membacanya dirumah.
                                                                                                                                
Kampus menjadi tempat penuh pengalaman bagi perempuan sepertiku. Tak tahu bagaimana ceritanya aku dan alfaizah menjadi dekat dengan beberapa teman yang berada di perpus, karena merekapun sering kesana. Ada 3 orang teman, Dondot, Rafi dan Lani wajah mereka tak asing karena mereka sering sekali ke perpustakaan, sepertinya mereka jurusan biologi karena bacaannya itu mengenai anatomi tubuh, dan lain sebagainya. Kami sering berdiskusi dengan mereka, tentang berbagai hal, mulai dari pendidikan, politik, agama dan sebagainya. Aku dan alfa pun tak mengerti mengapa bisa kami dekat dengan mereka seakrab ini. Terutama aku sangat akrab dengan dondot, bahasanya yang mudah kufahami, pemikiran cemerlangnya membuat aku merasa nyaman ketika berdiskusi dengannya.

Aku masih semester 5, namun aku kaget ketika murobbiku mengirim pesan singkat.
            “Assalamu’alaikum, ukti shalihah bsk saat liqo bawa proposal nikah ya”
Aku membacanya dan melongo, apaaaaa, maksud teteh apaa.. lalu ku balas.
            “Afwan teh untuk apa ya? Amel belum nyiapin sama sekali
Balasan dari beliau
            “ditunggu bsk harus udah ada ya.
Jawaban singkat padat tak perlu ku tanyakan lagi, pasti itu penting aku sebagai mutarobbi, tak bisa apa apa, baiklah baiklah aku buat. Dengan mengucap basmallah aku membuat proposal nikahku. Merinding rasanya ketika aku menyebut satu persatu kelebihan, kekurang, sifat dan lainnya.

Setelah proposal itu dibaca murobbiku, akupun diberi sebuah proposal tak tahu milik siapa, kata beliau ini yang ingin ta’aruf denganmu. Akupun tak menyangka akan secepat ini. Aku pulang denga hati yang deg degan. Dirumah ku buka perlahan kulihat namanya. Nama yang asing Luqmanul Hakim. Kubaca perlahan namun, pada bagian foto ku tutup, karena aku tak mau wajahnya menjadi terbayang dalam ingatanku. Dia adalah calon dokter yang sedang koas. Yang paling penting adalah visi pernikahannya. Ternyata visinya sangat bagus sekali, sejalan dengan visi pernikahanku. Baiklah in syaa Allah aku akan melanjutkan ta’aruf ini.

Sampai tiba dimasa kita bertemu aku dan murobbiku tiba lebih dahulu daripada mereka. Saat itu aku bertemu, dengan dondot yang sendirian seperti menunggu seseorang. Lalu setelah beberapa lama menunggu, memang bukan karena terlambat tapi kami yang sengaja hadir lebih cepat agar rasa gugup itu berkurang. Lalu muncullah 2 orang ikhwan kang Anshar suami dari murobbiku bersama Dondot. Aku sangatlah terkejut. Hatiku bertanya – Tanya, brarti dondot itu adalah Luqmanul Hakim?

“Assalamu’alaikum” sapa kang Anshar.
“Wa’alaikumussalam, abi dan Luqman ingin memesan apa?”
“Biasa Ummi, teh tawar karena manisnya sudah ada dari wajah Ummi”
Murobbiku tersipu malu, dan aku hanya bisa tersenyum melihat romantisme kedua mentorku ini.
“Bismillahirrahmaanirrahiim, langsung saja ya kita mulai ta’aruf ini dengan basmallah.”
“Gimana Mel, udah dibaca proposalnya?” Tanya kang Anshar.
“in syaa Allah sudah kang”
“silahkan ada yang ingin ditanyakan?”
“ingin bertanya pertama mengapa tidak pernah bilang kalau kang Luqman ini dokter? Yang kedua kenapa memilih saya?”
“Bismillah izin menjawab ya, pertama Amel belum pernah bertanya saya dari jurusan mana, lalu yang kedua karena saya ingin memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai guru karena anak orang lain saja diperhatikan apalagi anak sendiri sehingga saya ingin memberikan ibu terbaik bagi anak – anak saya kelak, dan dari pembicaraan kita terlihat bahwa Amel wanita yang cerdas, memiliki wawasan yang luas serta taat agama.”
Mendengar jawabannya yang lugas dan tegas aku hanya tersipu malu dan semakin yakin.
“Bagaimana silahkan dari Luqman atau dari Amel pertanyaan lagi.”
“Saya mohon the Shofa dapat menjelaskan kelebihan dan kekurangan Amel, karena dengan penjelasan dari teteh in syaa Allah saya bisa lebih mengenal Amel, dan silahkan jika kang Anshar ingin menjelaskan kelebihan dan kekurangan saya.”
“Baiklah, bismillah, Amel ini orang yang baik, shalih, visioner dan penurut, ia merupakan konseptor yang cemerlang dan pembicara yang hebat, dalam pengaturan emosi, Amel cepat bereaksi sehingga jika ada hal yang kurang disukai atau membuat emosi ia akan langsung mengeluarkannya, mungkin itu yang harus dapat difahami oleh pendampingnya kelak.”
“Bagaimana cukup Anshar?”
“Cukup in syaa Allah”
“Kalo begitu saya jelaskan mengenai Luqman, Luqman ini lahir dari keluarga yang disiplin, sehingga ia memiliki karakter baik yang kuat, ia termasuk orang yang tidak itungan, jadi dia lebih senang beramal terlebih dahulu dibandingkan dengan memikirkan apa yang akan didapatnya, ia bertanggung jawab akan amanahnya, ia pekerja keras, sebetulnya banyak akhwat yang ingin berta’aruf dengannya namun ia ingin menentukan pilihannya sendiri. Mungkin kekurangannya ia baik terhadap semua orang, sehingga akhwat banyak yang dibuatnya gr padahal ia memang baik terhadap semua orang, maka dari itu akhwat pendampingnya harus kuat untuk tidak mudah cemburu. Bagaimana mel, cukup?”
“…… izin bertanya, kriteria apa yang ibunya kang Luqman inginkan dari calon mantunya?”
“Mamah, tidak banyak meminta, hanya yang shalihah dan mampu menjadi istri yang baik untuk anaknya.”
“Bagaimana, apa masih ada ganjalan pertanyaan pertanyaan dalam hati?”
“tidak” Kebetulan aku dan Kang Luqman menjawabnya secara serempak.
“Hehe, kalian jangan tegang begitu biasa saja.” Ujar Kang Anshar.
“Ada syarat yang ingin diajukan terhadapa saya tidak?” Tanya Kang Luqman lebih gugup dari sebelumnya.
“Saya suka surat Ar-Rahmaan, saya harap bisa tasmi’ Ar-Rahman di pernikahan nanti.”
“In syaa Allah” jawab Kang Luqman menyanggupi
“Ya, sepertinya kalian sudah saling mendukung, bagaimana Luqman bisa ke rumah Amel kapan?”
“Besok bagaimana?” Jawabnya.
“Bagaimana mel?”
“Iya boleh, silahkan langsung ke rumah saja”

Pembicaraan pernikahan kami dari ta’aruf hingga menikah hanya memakan waktu 1 bulan. Mungkin karena Allah ridho akan pertemuan kami yang saling mengadu pada Nya untuk dipertemukan dalam ikatan suci pernikahan tanpa pacaran. Pernikahanku dengan Kang Luqman sangatlah tak ku sangka, karena aku tak pernah membayangkan dapat memiliki suami seorang dokter, yang dulu aku impikan. Hingga saat ini kami memiliki 3 orang anak, 1 orang sudah menjadi dokter, 1 orang sedang menjalani aktivitasnya menjadi koas, 1 lagi sedang menjalani pendidikan dokter di Universitas Indonesia. Alhamdulillah. Semoga dapat menjadi anak – anak shaleh dan shalehah sehingga menjadi berkah bagi lingkungan dimanapun mereka berada. Aamiin.
Ada puisi cinta dari suamiku saat pernikahan kami.

Cantik, mengenalmu kumenemukan arti dari cantik sesungguhnya.
Cantik itu kamu yang mengenakan jilbab lebarmu dengan ketaatanmu pada Allah.
Cantik itu kamu yang sehari – harinya belajar karena kamu mengerti bahwa ilmu dapat meninggikan derajat manusia.
Cantik itu kamu yang setiap harinya tak ingin lepas dari Al – Qur’an surat cinta dari Rabbmu.
Cantik itu kamu yang pandai bersosialisasi dengan sesamamu.
Cantik itu kamu yang brilian dalam pemikiran – pemikiranmu.
Cantik itu kamu yang sangat mengerti akan amanahmu.
Cantik itu kamu yang pandai dalam merancang tujuan hidupmu.
Cantik itu kamu yang pandai menjaga pandanganmu.
Cantik itu kamu yang pandai merangkai kata dalam tulisan yang menginspirasi banyak orang.
Cantik itu kamu yang menjadi inspirasi banyak orang terutama aku.
Bukankah mudah bagi Allah menyatukan hati yang sama – sama berharap hanya padaNya?
Bukankah mudah bagi Allah mempertemukan hati yang saling merindu pada mitsaqon ghalizan?
Maka dari itu aku hanya berharap padaNya tentang dirimu sosok yang aku kagumi, kuharap kita dapat bertemu dalam ikatan suci.
Hari ini ya, hari ini semua harap, semua impian dan semua kekaguman terjawab sudah. Semua mudah bagi Allah swt. mempertemukan kita.
Cantik itu kamu, istriku Amalia Hafidzah.

“Ummi, lagi apa?” Tanya Luqman.
“Astaghfirullah abi, ngagetin ummi aja, ini bi lagi mengenang kisah cinta kita”
“Ih ummi genit deh”
“Biarin bi, genit sama abi mah.. hehe”
“Ngomong – ngomong bi, waktu dulu kana bi kuliah di unpad kenapa ada di perpus UPI terus?”
“Sengaja mi, kami sedang mencari calon guru dari anak – anak kami.”
“Wah masa sih bi?”
“Iya aku dan Rafi sengaja main, kalo Lani emang anak Biologi UPI, kami sekalian cari referensi disana, ternyata bertemu dengan bidadari cantik disana, ya Alhamdulillah, sama seperti Rafi yang akhirnya menikah dengan sahabatmu itu.”
“Kok abi bisa tahu murobbi ummi?”
“Minta tolong sama Lani untuk nyariin hehe”
“Waduuh Abi abi.. Abi tahu gak kalo ummi dulu tuh pengen jadi dokter terus karena nilai ummi kurang kata guru SMA ummi udahlah kamu cari suami dokter aja, eh ketemu abi”
“waah jodoh pasti bertemu mi hehe.. sekarang ummi jadi pendidik para calon dokter lebih keren mi..”
“iya alhamdulillah”

Impian..  akan tercapai hanya bagi orang – orang yang mau berusaha dan mau menerima kenyataan. 
Impian..  buatlah sebanyak – banyaknya, rancanglah seindah – indahnya karena ada yang Maha Mendengar yang akan membantu kamu untuk menggapainya. 
Impian..  akan mudah tercapai dan kita siap dalam menghadapinya ketika doa dan ikhtiar sudah disempurnakan. 
Impian..  tak ada dosa bagimu untuk bermimpi selama itu hal baik, maka bermimpilah! Tapi, ketika mimpi itu tak tercapai ingatlah Allah, Tuhanmu memiliki rancangan yang lebih indah daripada rancangan manusia lemah sepertimu.

            Bukankah mudah bagi Allah mengabulkan semua impian kita?


Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.
(QS. Fathir 11)





31 July 2014
11:13PM
Syinufa23
Terinspirasi oleh Ibu Juju Julaeha, Ibu Endang Yuli, Kisah cinta Fatimah dan Ali.


No comments:

Post a Comment

Pejuang Garis Dua PCOS FIGHTER Tahun ke-5 part 2 Diet untuk PCOS

  Cerita HSG dan test hormonku. Saat akan HSG dan test hormon ini, aku sedang depresi... MasyaAllah... Aku sedang dihadapkan dengan harus be...